Senin, 15 April 2013
Anak Semua Bangsa (Tetralogi Buru #2)
Hapus air mata dan lepas semua duka lara..lihatlah keadaaan disekelilingmu;
“Sebagaimana kita akan tetap terkenang pada hari ini, dia pun seumur hidup akan diburu-buru oleh kenangan hari ini, sampai matinya, sampai dalam kuburnya.” Nyai Ontosoroh
“Ya Ma, kita sudah melawan, Ma, biarpun dengan mulut.” Minke
Ini adalah kisah tentang duka..tentang kehilangan..Annelies..Ini juga merupakan sebuah periode bagi Raden Mas Minke..untuk bangkit dari kesedihan..lewat sepotong cerita dari Tulangan, Sidoarjo..Daerah asal Nyai Ontosoroh, Minke menemukan Kisah Nyai Surati dan petani Trunodongso..kisah yang secara tidak langsung menyingkap tabir masa lalu kelam bagi sang tuan besar Mellema..dan dari Tulangan, Minke yang sudah terbiasa menikmati segala sanjung puja lewat garis bangsawan yang dimilikinya, melihat dengan mata kepalanya sendiri..kenyataan bahwa rakyat jelata tak berdaya..melawan kekuasaan bangsa Eropa..Lewat para sahabatnya yang merupakan anak segala bangsa; Jean Marais, Kommer, Khouw Ah Soe dan korespondensinya dengan keluarga de la Croix (Herbert, Sarah dan Miriam)..juga lewat guru sekaligus ibu mertuanya; Nyai Ontosoroh..Minke disadarkan untuk tak melulu membanggakan peradaban Eropa..untuk tak selalu mengunggulkan catatannya dalam bahasa Belanda..lewat anak segala bangsa..kesadarannya mulai tergugah.. bahwa untuk melawan segala bentuk ketidakadilan yang mendera bangsanya..ia harus menulis dalam bahasa bangsanya..dan berbuat sebaik-baiknya bagi bangsanya..
Berhasilkah Minke mencapai tujuannya??
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar