Buku adalah gudang ilmu, juga sumber informasi ilmu pengetahuan.
Di era masa kini, dimana teknologi semakin maju berkembang, mempermudah setiap
orang untuk mengakses segala informasi, bukan hanya dari buku, tapi bisa juga
melalui media internet, kini, manusia tidak perlu berkutat berjam-jam untuk
mengetahui sebuah informasi atau ilmu yang sedang ia cari, cukup gunakan
internet. Dan voila! Segala yang di inginkan dapat langsung diketahui. Sebagai seorang
manusia yang sudah menikmati teknologi yang canggih kini, saya yang dimaksudkan
disini, pada masa dahulu ketika saya masih menjadi seorang mahasiswi, terus
terang amat sangat jarang punya text book
asli, bisa dihitung dengan jari jumlahnya, sebagian besar adalah fotocopy-an,
dan sebagai lagi adalaha hasil print out dari internet. Coba bandingkan dengan
kakak senior saya terdahulu (sebelum internet ramai aksesnya dinegeri ini) era
tahun 1990-an, dan era-era sebelumnya lagi, dimana keberadaan text book menjadi sangat penting, perpustakaan masih ramai
dikunjungi oleh orang-orang yang dalam hal ini ‘mau-tak mau’ harus dari tempat
itulah, ia bisa mengakses apa yang ingin ia cari.
Seperti yang telah disinggung dalam paragraf diatas,
e-reader aka buku digital, mempunyai banyak keuntungan, aksesnya cepat, cukup
menggunakan kata kunci, tentang informasi yang ingin kita cari, sistem secara
otomatis memberikan pilihan kepada kita, untuk dapat langsung memilih dan
meng-akses informasi itu, dalam waktu yang kilat, hemat waktu, hemat tempat karena
tidak ‘ruang’ untuk menaruh buku dan hemat pemakaian kertas, ditengah maraknya
isu global warming, kertas menjadi
salah satu isu, atas maraknya kasus illegal
logging, walaupun raw material
ini diambil dari hutan produksi, tapi memang sudah sepatutnya kita menghemat
sumber daya alam nan terbatas ini.
Salah satu bentuk buku digital yang halal untuk dibaca
(karena sebagian besar tidak ada izin dari penerbit buku alias buku bajakkan),
salah satu situs favoritku juga, dalam meng-akses sumber bacaan gratis.
Feedbooks, salah satu satu, dari (mungkin) ribuan situs
serupa, tapi (mungkin) juga tak sama. secara pribadi aku sangat suka dengan
situs ini, kita cukup daftar sebagai anggota, isi semua yang perlu di isi *yaa
iyalah* setelah terdaftar sebagai anggota, bisa dilihat diatas, loggin-ku
adalah jia2785 *FYI* dan untuk
men-download buku-buku gratis cukup klik public domain, ada pilihan: new
releases (buku-buku yang baru diunggah oleh para anggota feedbooks; bisa
buku-buku karya sastra populer maupun karangan pribadinya sendiri alias buku
indie istilah kerennya), popular books (buku dengan jumlah dowloader terbanyak)
dan authors (piilihan berdasarkan penulis/pengarang)
Untuk seorang pecinta buku gratis, macam awak
nee.keberadaanya amat sangat-sangat menggiurkan, bayangkan saja, dari
beragamnya genre buku yang tersedia mulai dari romance, cerita detektif, humor,
suspence, fiksi ilmiah dan lain sebagainya, naah tampilannya kayak di bawah ini
nih:
Sangat..sangat menggiurkan kan?!! Sekarang yang jadi
masalah, masalah sebenar-benarnya adalah kapan punya waktu untuk membaca
kisah-kisah ini? Satu hal juga, (mungkin) bisa dikatakan masalah dan mungkin
juga tidak, sebagian besar buku-buku ini berbahasa Uni Eropa (Inggris, Italia, Prancis, Jerman
dan Spanyol). Bayangkan membaca curahan hati *curcol* Liz Bannet dalam sastra
inggris kuno *ngejelimet* kalau buat saya yang kemampuan bahasa Inggrisnya
ala-ala kadarnya ini *sigh*, karena lebih populer dialog Keira Knightley ketika
beliau ini memerankan tokoh miss galau (Liz), dibandingkan dengan membaca karya
asli miss Jane Austen. Saranku baca sendiri ya..! untuk mengetahui gundah
gulananya hatiku ini.. *hiks..hiks* *lebay-nya keluar* :p
Dan sebagai penutup..lagi..sebuah pilihan tergantung selera anda.
Mana yang lebih anda suka? Buku digital atau buku yang sebenarnya (kadang aku
menyebutknya buku dengan bentuk fisiknya). Beberapa waktu yang lalu saya pernah
melakukan dialog dengan teman ‘dunia maya’ di salah satu forum membaca,
mengenai pilihan yang dirasa lebih ‘nyaman’, ternyata masih banyak juga
(terrmasuk diriku ini) yang lebih menyukai bentuk fisik buku ketimbang buku
digital (iya tau! kertas itu mahal dan mencemari dan menggerogoti sumber daya
alam, tapi ayolah aku kan bukan pengoleksi buku yang sembrono *i swear by the moon and the stars in the
sky* malah jadi pengen nyanyi :p , back to: sembrono. Setiap buku yang saya
beli saya bungkus kembali (rapat) dalam hal ini untuk mengantisipasi dan
memperlambat proses oksidasi *yang menyebabkan buku berubah menjadi kuning* siapa
tahu? Dimasa depan bisa diwariskan kepada anak cucu kita kan? *hemat teteuup
judulnya* jika kita bosan kita bisa re-sale kembali bukan? Syukur-syukur tuh
buku mendadak jadi barang langka, dan ada orang yang rela mengeluarkan uang
yang ia punya demi mencapai buku idaman yang ia 'idam-idam'kan itu, percayalah! saya pernah masuk dan masih ada dalam komunitas yang sangat-sangat gila buku ini. Back to: pilihan
nyaman membaca (maaf atas ke-ngelanturan saya yang sudah sangat akut ini). Buku
dengan bentuk real, mempunyai keuntungan, ada sensasi nyaman, ketika ketika
memegangnya, suara ketika kita membuka lembar-demi lembar halamannya dan tentu
saja bau ‘khas’ kertas, semua itu tidak bisa digantikan dengan keberadaan buku
digital, yang kekurangannya, adalah dengan masalah mata. Capek baca buku
digital itu.. menatap layar si kokom ini
lama-lama liyer juga euyy...karena sudah semakin liyernya mata hamba ini gusti
pangeran *liat jam* setengah tiga pagi padahal besok masih ngantor *sigh*,
hamba sudahi dahulu sampai disini.. *dan berlalu lah dayang sumbi, dari
kerajaan kecilnya* *moga-moga dia cepet balik lagi kesini yaaaa* ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar