Senin, 15 April 2013

Jejak Langkah (Tetralogi Buru #3)

Aku lari ke belakang, cepet-cepet mandi. Masuk ke kamar,mengenakan pakaian kemarin. Semua telah terkunci di dalam kopor atau lemari. Kotak kunci pun terkunci. Anakkunci dibawa Prinses tak tahu lagi aku bagaimana kemunculanku. Destar aku pasangkan sekenanya. Dan selopnya yang sebelah.. ah kau selop, dimana pula kau bersembunyi? Mengapa pula kau ikut-ikutan mengganggu aku? Rupa-rupanya anak anjing tetangga sebelah telah menyembunyikannya, atau menggondolnya.

“Piaaaaah!”

“Selop! Mana selop!”

.............

Tak dapat aku melangkah menuruni jenjang sambil berpaling padanya. Dia mutiara yang tak pernah aku kenal selama ini. Prinses telah mendidiknya.

Tak aku sadari kakiku tak berselop.

Ini adalah sebuah hari yang baru..Tahun 1900, STOVIA dan Ang San Mei, 3 hal pembuka yang mewarnai jalan hidup Minke. Lewat Jejak Langkah, Max Tullenaar alias Minke mulai mengkoordinir dalam; organisasi dan jurnalistik sebagai bentuk usaha dari apa yang bisa dia berikan bagi bangsanya.. sebuah bangsa yang bahkan belum memiliki nama.. semua hal ini pasti ada kesulitan; organisasi pertama yang ia dirikan beranggotakan para priyayi statis, tak punya gairah hidup, ingin menghabiskan hidup dengan tenang dalam dinas Gubermen dan ‘Medan’ koran Pribumi berbahasa Melayu pertama yang didirikannya, mendapat pengawasan ketat dari Gubermen serta gangguan dari gerombolan De Knijpers, T.A.I, dan De Zweep yang tak lain; Robert Suurhof, salah satu dalangnya. Kisah yang semakin membuat ku terperosok pada zaman yang terjadi ketika itu; tentang pekik hiroik yang diteriakkan para pejuang Aceh dan Bali, tentang kisah gadis Jepara, dan lagi Minke dengan kisah cintanya; Bunga Akhir Abad, Ang San Mei.. dan Prinses Kasiruta.. Dua diantaranya sudah pergi meninggalkannya..satu peristiwa diujung cerita memaksa Minke untuk meninggalkan apa yang dimilikinya, Apakah Minke akan meninggalkan sang Putri Maluku ini juga..??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar