Minggu, 28 April 2013

Pak Tua yang Membaca Kisah Cinta ( El Viejo que leia Novelas de Amor )


Luar biasa!! Dan anda pun dianjurkan (seharusnya) baca kisah ini.. sangat di rekomendasikan.. jangan terkecoh oleh judulnya, yang terkesan picisan. Tapi coba anda baca lembar demi lembar halamannya, kisah ini adalah tentang kisah manusia membangun apa yang disebut dengan peradaban modern, kisah tentang ketamakan yang menjadi salah satu sifat manusia tanpa memedulikan kelestarian alam, bayangkan tentang hutan hujan tropis Amazon, di pedalaman Amerika Selatan sana, dan coba bayangkan kisah itu dipedalaman Pulau Kalimantan untuk contoh yang lebih dekatnya, bayangkan anda masuk kedalam wilayah yang masih hutan perawan, tempat hewan-hewan yang melata, memanjat dan terbang dengan sekehendak hatinya. 

Sampai datang para pengelana (pendatang), yang merubah ‘wajah’ asli alam liar nan asri ini, hutan dibabat, tebas sana sini dan meninggalkan padang kerontang, sungai tercemari oleh limbah yang ditinggalkan mereka yang berburu emas, dan seringkali para pendatang ini juga berburu hewan liar, dengan membabi buta, semuanya dilakukan hanya demi kesenangan mereka semata.

Dan hal itu terus terjadi berulang kali, sampai alam pun membalas, seorang pemburu ditemukan tewas, tubuhnya tercabik-cabik dan setengah lumat sisanya oleh keganasan kawanan semut.  Bukti kuat yang mengarah kepadanya adalah karena sang pemburu membunuh anak-anak macan kumbang, dan membuat induk (macam betina) itu marah dan menaruh dendam pada pemburu itu,  darah si pemburu telah ditandai oleh sang betina sebagai pembunuh anak-anaknya, darah si pemburu adalah darah manusia, yang secara tak langsung, karena tindakan sembrono yang dilakukan oleh si pemburu,  telah mengancam jiwa dan keselamatan seluruh masyarakat di dusun terpencil itu, karena sejak saat itu mereka terus dibayang-bayangin ketakutan akan ganasnya terkaman  sang macan betina itu.

 Sejak peristiwa itu, secara tak sengaja , “mau tak mau / setengah agak dipaksa” si pak tua itu juga ikut terlibat, dalam hal ini dipaksa untuk mengatasi dan mencari solusi tentang apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap betina yang marah itu.

Sedikit kisah tentang penulisnya:
Luis SepĂșlveda, namanya memang tidak segemerlap penulis-penulis Amerika Latin lainnya, namun kisah hidupnya sedikit mengingatkan pada kisah hidup Pramoedya Ananta Toer, sama seperti Pramoedya, SepĂșlveda harus mendekam dipenjara tanpa proses peradilan, kesalahannya cuma satu, ia pro kepada Salvador Allende, sang Presiden sosialis yang digulingkan paksa oleh rezim junta militer dan seorang diktator, Auguste Pinochet. Tapi sedikit keberuntungan Pramoedya, ia tak harus pergi dari negeri leluhurnya, hal yang berbeda dialami oleh SepĂșlveda, ia pergi meninggalkan Chile.

Adaptasi filmnya:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar